Senin, 29 Agustus 2011

hidup mati,mati hidup


HIDUP ini sebuah misteri dan penuh
rahasia! Manusia memiliki keterbatasan
dalam memahami makna hidup. Pada
umumnya, manusia tidak mengetahui
banyak hal tentang sesuatu, yang
mereka ketahui hanyalah realitas yang
nampak saja (Q.S 30: 6-7 ). Tidak ada
seorang pun yang tahu berapa lama ia
akan hidup, di mana ia akan mati, (Q .S
31: 34) dalam keadaan apa ia akan mati,
dan dengan cara apa ia akan mati,
sebagian manusia menyangka bahwa
hidup ini hanya satu kali dan setelah itu
mati ditelan bumi . Mereka meragukan
dan tidak percaya bahwa mereka akan
dibangkitkan kembali setelah mati (Q .S
An-Naml : 67). Adapun mengenai
kepercayaan adanya kehidupan setelah
mati pandangannya sangat beragam
tergantung pada agama dan
kepercayaan yang dipeluk dan diyakini.
Islam menjelaskan makna hidup yang
hakiki melalui perbandingan dua ayat
yang sangat kontras, seperti
dicontohkan di dalam Alquran. Seorang
yang telah mati menurut mata lahir kita,
bahkan telah terkubur ribuan tahun,
jasadnya telah habis dimakan cacing
dan belatung lalu kembali menjadi
tanah, namanya sudah hampir dilupakan
orang. Tetapi yang mengherankan, Allah
SWT memandangnya masih hidup dan
mendapat rezeki di sisi-Nya serta
melarang kepada kita menyebut mati
kepada orang tersebut. Hal ini dapat
kita lihat dalam (Q.S 3: 169). "Janganlah
kalian menyangka orang-orang yang
gugur di jalan Allah itu telah mati,
bahkan mereka itu hidup dan mendapat
rezeki di sisi Allah." Sebaliknya ada
orang yang masih hidup menurut mata
lahir kita, masih segar- bugar, masih
bernapas, jantungnya masih berdetak,
darahnya masih mengalir, matanya
masih berkedip, tetapi justru Allah
menganggapnya tidak ada dan telah
mati, seperti disebutkan dalam
firmannya "Tidak sama orang yang
hidup dengan orang yang sudah mati.
Sesungguhnya Allah SWT mendengar
orang yang dikehendaki-Nya , sedangkan
kamu tidak bisa menjadikan orang-
orang yang di dalam kubur bisa
mendengar," (QS Al-Fathir 22). Maksud
ayat ini menjelaskan Nabi Muhammad
tidak bisa memberi petunjuk kepada
orang-orang musyrikin yang telah mati
hatinya.
Dua ayat ini memberikan perbandingan
yang terbalik, di satu sisi orang yang
telah mati dianggap masih hidup, dan di
sisi lain orang yang masih hidup
dianggap telah mati. Lalu apa hakikat
makna hidup menurut Islam?
Seorang filusuf Yunani Descartes pernah
mendefinisikan, manusia ada dan
dinyatakan hidup di dunia bila ia
melakukan aktivitas berpikir. Kemudian
Karl Marx menyatakan, manusia ada dan
dinyatakan hidup jika manusia mampu
berusaha untuk mengendalikan alam
dalam rangka mempertahankan
hidupnya. Sedangkan Islam menjelaskan
manusia ada dan dianggap hidup jika ia
telah melakukan aktivitas "jihad" seperti
yang telah dijelaskan oleh Allah SWT
dalam Q.S . Ali Imron: 169 di atas. Tentu
saja jihad dalam pengertian yang sangat
luas. Jihad dalam pengertian bukan
hanya sebatas mengangkat senjata
dalam peperangan saja, tetapi jihad
dalam konteks berusaha mengisi hidup
dengan karya dan kerja nyata. Jihad
dalam arti berusaha memaksimalkan
potensi diri agar hidup ini berarti dan
bermanfaat bagi diri, keluarga,
masyarakat, dan bangsa. Misalnya,
seseorang yang berusaha mencari dan
menemukan energi alternatif ketika
orang sedang kesulitan BBM itu juga
sudah dipandang jihad karena ia telah
mampu memberikan manfaat kepada
orang lain. Seseorang yang keluar dari
sifat malas, kemudian bekerja untuk
memerangi kemiskinan, kebodohan, itu
juga termasuk jihad karena ia telah
mampu mengalahkan hawa nafsunya
sendiri, dan bukankah ini jihad yang
paling besar karena Rasulullah sendiri
menyatakan bahwa jihad yang paling
akbar adalah melawan hawa nafsu
sendiri.
Hidup dalam pandangan Islam adalah
kebermaknaan dalam kualitas secara
berkesinambungan dari kehidupan dunia
sampai akhirat, hidup yang penuh arti
dan manfaat bagi lingkungan. Hidup
seseorang dalam Islam diukur dengan
seberapa besar ia melaksanakan
kewajiban-kewajiban sebagai manusia
hidup yang telah diatur oleh Dienull
Islam. Ada dan tiadanya seseorang
dalam Islam ditakar dengan seberapa
besar manfaat yang dirasakan oleh
umat dengan kehadiran dirinya. Sebab
Rasul pernah bersabda "Sebaik-baiknya
manusia di antara kalian adalah yang
paling banyak memberikan manfaat
kepada orang lain. (Alhadis). Oleh
karena itu, tiada dipandang berarti
(dipandang hidup) ketika seseorang
melupakan dan meninggalkan
kewajiban-kewajiban yang telah diatur
Islam.
Dengan demikian, seorang muslim
dituntut untuk senantiasa meningkatkan
kualitas hidup sehingga eksistensinya
bermakna dan bermanfaat di hadapan
Allah SWT, yang pada akhirnya
mencapai derajat Al-hayat Al-thoyyibah
(hidup yang diliputi kebaikan) . Untuk
mencapai derajat tersebut maka setiap
muslim diwajibkan beribadah, bekerja,
berkarya berinovasi atau dengan kata
lain beramal saleh. Sebab esensi hidup
itu sendiri adalah bergerak (Al-Hayat )
kehendak untuk mencipta (Al-Khoolik ),
dorongan untuk memberi yang terbaik
(Al-Wahhaab) serta semangat untuk
menjawab tantangan zaman (Al-Waajid ).
Makna hidup yang dijabarkan Islam jauh
lebih luas dan mendalam dari pada
pengertian hidup yang dibeberkan
Descartes dan Marx. Makna hidup
dalam Islam bukan sekadar berpikir
tentang realita, bukan sekadar berjuang
untuk mempertahankan hidup, tetapi
lebih dari itu memberikan pencerahan
dan keyakinan bahwa. Hidup ini bukan
sekali, tetapi hidup yang berkelanjutan,
hidup yang melampaui batas usia
manusia di bumi, hidup yang harus
dipertanggungjawabkan di hadapan sang
Kholik. Setiap orang beriman harus
meyakini bahwa setelah hidup di dunia
ini ada kehidupan lain yang lebih baik,
abadi dan lebih indah yaitu alam akhirat
(Q .S. Adl- dluha: 4) .
Setiap muslim yang aktif melakukan
kerja nyata (amal saleh), Allah
menjanjikan kualitas hidup yang lebih
baik seperti dalam firmannya "Barang
siapa yang melakukan amal saleh baik
laki-laki maupun wanita dalam keadaan
ia beriman, maka pasti akan kami
hidupkan ia dengan al- hayat al-thoyibah
(hidup yang berkualitas tinggi)." (Q .S. 16:
97). Ayat tersebut dengan jelas sekali
menyatakan hubungan amal saleh
dengan kualitas hidup seseorang.
Aktualisasi diri!
Salah satu kebutuhan manusia yang
paling mendasar adalah pengakuan dari
komunitas manusia yang disebut
masyarakat. Betapa menderitanya
seseorang, sekalipun umpamanya ia
seorang kaya raya, berkedudukan,
mempunyai jabatan, namun masyarakat
di sekitarnya tidak mengakui
keberadaannya bahkan menganggapnya
tidak ada, antara ada dan tiada dirinya
tidak berpengaruh bagi masyarakat.
Dan hal ini adalah sebuah fenomena
yang terjadi pada masyarakat muslim.
Terlebih rugi lagi jika keberadaan kita
tidak diakui oleh Allah SWT, berarti
alamat sebuah kemalangan yang akan
menimpa. Ketika usia kita tidak
menambah kebaikan terhadap amal-
amal, ketika setiap amal perbuatan
tidak menambah dekatnya diri dengan
Sang Pencipta, berarti hidup kita sia-sia
belaka. Allah menganggap kita sudah
mati sekalipun kita masih hidup.
Oleh karena itu, seorang muslim
"diwajibkan" untuk mengaktualisasikan
dirinya dalam segenap karya nyata
(amal saleh) dalam kehidupan. "Sekali
berarti, kemudian mati" begitulah
sebaris puisi yang diungkapkan penyair
terkenal Chairil Anwar. Walaupun ia
meninggal dalam keadaan masih muda
dan telah lama dikubur di pemakaman
Karet Jakarta, tetapi nama dan karya-
karyanya masih hidup sampai sekarang .
Kalau Chairil Anwar telah "berjihad"
selama hidupnya di bidang sastra.
Bagaimana dengan kita? Mari berjihad
dengan amal saleh di bidang-bidang
yang lain. Agar kita dipandang hidup
oleh Allah SWT. Amin. ***

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda