Selasa, 30 Agustus 2011

filsafat rosullulah

Bagaimana filsafat hidup Rasulullah?
Filsafat hidup adalah hal yang abstrak,
yakni bagaimana seseorang
memandang suatu persoalan hidup,
cara memecahkan atau
menyelesaikannya. Ada beberapa
filsafat hidup yang dianut oleh manusia:
1. Pertama : Dalam hidup ini yang
penting perut kenyang dan badan sehat.
2. Kedua : Dalam hidup ini mengikuti ke
mana arah angin berhembus, angin
berhembus ke Timur, ikut ke Timur,
angin berhembus ke Barat, ikut ke
Barat, suapaya selamat dan
mendapatkan apa yang diinginkan.
3. Ketiga : Dalam hidup ini yang penting
"GUE SENENG" masa bodoh dengan
urusan orang lain.
4. Keempat : Dalam hidup ini harus baik
di dunia dan baik di akhirat.
Sebagai muslim sudah selayaknya
kita berfilsafat sebagaimana filsafat
hidup Rasulullah SAW.
Filsafat hidup Rasulullah adalah
sebagai berikut :
1. Pertama : Rasulullah pernah ditanya
oleh seorang sahabat. "Wahai
Rasulullah, bagaimana kriteria orang
yang baik itu? Rasulullah menjawab:
Yang artinya: "Sebaik-baiknya manusia
ialah orang yang bermanfaat bagi orang
lain".
Jika ia seorang hartawan, hartanya tidak
dinikmati sendiri, tapi dinikmati pula
oleh tetangga, sanak famili dan juga
didermakan untuk kepentingan
masyarakat dan agama. Inilah ciri-ciri
orang yang baik. Jika berilmu, ilmunya
dimanfaatkan untuk kepentingan orang
banyak. Jika berpangkat, dijadikannya
sebagai tempat bernaung orang-orang
disekitarnya dan jika tanda tangannya
berharga maka digunakan untuk
kepentingan masyarakat dan agama,
tidak hanya mementingkan diri dan
golongannya sendiri.
Pokoknya segala kemampuan/ potensi
hidupnya dapat dinikmati orang lain,
dengan kata lain orang baik adalah
orang yang dapat memfungsikan dirinya
ditengah-tengah masyarakat dan
bermanfaat.
Sebaliknya kalau ada orang yang tidak
bisa memberi manfaat untuk orang lain
atau masyarakat sekitarnya bahkan
segala kenikmatan hanya dinikmatinya
sendiri, berarti orang itu jelek. Adanya
orang seperti itu tidak merubah keadaan
dan perginyapun tidak merugikan
masyarakat.
Jadi filsafat hidup Rasulullah SAW
menjadikan dirinya bermanfaat bagi
orang lain. Oleh karena itu, sudah
sepantasnya bagi kita sebagai manusia
untuk memegang filsafat hidup. Orang
yang hanya menanam rumput untuk
makanan ternak ia akan mendapatkan
rumput tapi padinya tidak dapat,
sebaliknya orang yang menanam padi, ia
akan mendapatkan padi dan sekaligus
mendapatkan rumput, karena rumput
tanpa ditanam akan tumbuh sendiri.
Begitu juga dengan kita yang hidup ini,
kalau niat dan motivasinya sekedar
mencari rumput (uang) iapun akan
memperolehnya, tetapi tidak dapat
padinya atau tidak akan memperoleh
nilai ibadah dari seluruh pekerjaannya.
Oleh karena itu dalam menjalankan
kehidupan, niatkan untuk ibadah dengan
suatu keyakinan bahwa pekerjaan dan
tempat kerja kita, kita yakini sebagai
tempat mengabdi kepada Nusa, Bangsa
dan Negara, dan sebagai upaya
menghambakan diri kepada Allah SWT.
Dengan demikian maka setiap hendak
berangkat ke tempat bekerja berniatlah
beribadah, Insya Allah seluruh pekerjaan
kita akan bernilai ibadah, dan
mendapatkan pahala.
Alangkah ruginya orang yang hidup ini
niatnya hanya mencari "rumput" walau
hal itu penting, tetapi kalau niatnya
hanya itu saja, orang tersebut termasuk
orang yang rugi, karena ia tidak akan
mendapatkan nilai ibadah dari
pekerjaannya.
Yang namanya ibadah bukan hanya
shalat, zakat, puasa atau membaca Al-
Qur'an saja, tetapi bekerja, mengabdi
kepada masyarakat , Negara dan Bangsa
dengan niat Lillahi Ta'ala ataupun
ibadah. Hal ini penting untuk diketahui,
karena ada yang berfilsafat: Kalau ada
duitnya baru mau kerja, kalau tidak ada
duitnya malas bekerja.
2. Kedua : Rasul pernah ditanya, wahai
Rasulullah! Orang yang paling baik itu
yang bagaimana? Rasul menjawab :
Yang artinya : "Sebaik-baiknya diantara
kamu ialah orang yang umurnya panjang
dan banyak amal kebajikannya".
Sudah barang tentu orang yang
semacamn ini sangat bermanfaat bagi
masyarakat. Sebaliknya kalau ada orang
yang amalnya baik tapi umurnya pendek
masyarakat akan merasa kehilangan.
Rasulullah juga mengatakan,"Seburuk-
buruknya manusia yaitu mereka yang
panjang umurnya tapi jelek
perbuatannya".
Jadi sebenarnya kalau ada orang
semacam itu mendingan umurnya
pendek saja, supaya masyarakat
sekitarnya tidak banyak menderita dan
agar ia tidak terlalu berat tanggung
jawabnya di hadapan Allah. Orang yang
umurnya panjang dan banyak amal
kebajikannya itulah orang yang baik.
Permasalahannya sekarang bagaimana
agar kita mendapat umur yang panjang.
Sementara orang ragu, bukankah Allah
telah menentukan umur seseorang
sebelum lahir? Pernyataan ini memang
benar, tapi jangan lupa Allah adalah
Maha Kuasa menentukan umur yang
dikehendaki-Nya .
Adapun resep agar umur panjang
sebagaimana resep Rasulullah :
Secara lahiriyah, kita semua sependapat
untuk hidup sehat, harus hidup teratur,
makan yang bergizi serta menjaga
kondisi dengan berolahraga yang
teratur.
Secara spiritual orang yang ini panjang
umur ada dua resepnya:
1. Pertama : Suka bersedekah yakni
melepaskan sebahagian hartanya di
jalan Allah untuk kepentingan
masyarakat, anak yatim, fakir miskin
maupun untuk kepentingan agama.
Dengan kata lain orang yang kikir atau
bakhil sangat mungkin umurnya pendek.
2. Kedua : Suka silahturahmi, Silah
berarti hubungan dan rahmi berati kasih
sayang, jadi suka mengakrabkan
hubungan kasih sayang dengan sesama,
saling kunjung atau dengan saling kirim
salam.
Sementara para ahli tafsir menyatakan
sekalipun bukan umur itu yang
bertambah misalnya 60 tahun, karena
sering silahturahmi meningkat menjadi
62 tahun, banyak sedekahnya menjadi
65 tahun. Kalau bukan umurnya yang
bertambah, setidak-tidaknya berkah
umur itu yang bertambah. Umurnya
tetap tapi kualitas dari umur itu yang
bertambah.
3. Ketiga : Rasul pernah ditanya, orang
yang paling beruntung itu yang
bagaimana? Rasul Menjawab :
Yang artinya : "Barang siapa yang
keadaannya hari ini kualitas hidupnya
lebih baik dari hari kemarin maka dia
adalah orang beruntung".
Kalau kita bandingkan dengan tahun
kemarin, ilmu dan ibadahnya,
dedikasinya, etos kerja, disiplin kerja
meningkat, dan akhlaknya semakin baik,
orang tersebut adalah orang yang
beruntung. Dengan kata lain filsafat
hidup Rasulullah yang ketiga adalah
"Tiada hari tanpa peningkatan kualitas
hidup".
Pernyataan Rasul yang kedua :
Yang artinya: "Barangsiapa keadaan
hidupnya pada hari ini sama dengan hari
kemarin, maka ia termasuk orang yang
rugi".
Jika amalnya, akhlaknya, ibadahnya,
kedisplinannya dan dedikasinya tidak
naik dan juga tidak turun maka orang
tersebut termasuk orang yang merugi.
Sementara orang bertanya : Kenapa
dikatakan rugi padahal segala-galanya
tidak merosot? Bagaimana dikatakan
tidak rugi, mata sudah bertambah
kabur, uban sudah bertabu, giginya
sudah pada gugur dan sudah lebih dekat
dengan kubur, amalnya tidak juga
bertambah, kualitas hidup tidak
bertambah maka ia adalah rugi. Dan
Rasul mengatakan selanjutnya :
Yang artinya : "Barangsiapa keadaan
hidupnya pada hari ini lebih buruk dari
hari kemarin maka orang semacam itu
dilaknat oleh Allah".
Oleh karena itu pilihan kita tidak ada lain
kecuali yang pertama, yakni tidak ada
hari tanpa peningkatan kualitas hidup.
Sebagai umat Islam, kedispilinan,
dedikasi, kepandaian, kecerdasan,
keterampilan harus kita tingkatkan, agar
kita termasuk orang yang beruntung.
4. Keempat : Rasul pernah ditanya :
"Wahai Rasulullah! Suami dan isteri yang
paling baik itu bagaimana? Rasul
menjawab : "Suami yang paling baik
adalah suami yang sikap dan ucapannya
selalu lembut terhadap isterinya, tidak
pernah bicara kasar, tidak pernah
bersikap kasar, tidak pernah menyakiti
perasaan isterinya, tetap menghormati
dan menghargai isterinya.
Sebab ada sikap seorang suami yang
suka mengungkit-ungkit segala
kekurangan isterinya, sehingga dapat
menyinggung perasaannya, yang
demikian termasuk suami yang tidak
baik biarpun keren dan uangnya banyak.
Hakekatnya suami yang tidak baik yaitu
suami yang kasar terhadap isterinya.
Dan seorang laki-laki yang mulia ialah
yang bisa memuliakan kaum wanita,
tidak suka menyepelekan . Sampai-
sampai Rasul masih membela kepada
kaum wanita beberapa saat sebelum
Beliau wafat. Beliau sempat berpesan:
"Aku titipkan nasib kaum wanita
kepadamu". Diulangnya tiga kali. Karena
kaum wanita kedudukannya serba
lemah. Jadi kalau seoarang suami
memiliki akhlak yang tidak baik maka
penderitaan sang isteri luar biasa. Hal
ini perlu kita ingat karena segala sukses
yang dicapai oleh sang suami pada
hakekatnya adalah karena andil sang
isteri. Demikian juga andil isteri yang
membantu mencarikan nafkah.
5. Kelima : Rasul pernah ditanya,
"Wahai Rasulullah! Orang yang benar itu
yang bagaimana? Rasul
menjawab,"Apabila dia berbuat salah
segera bertaubat, kembali kepada jalan
yang benar. Oleh karena itu para filosof
mengatakan, "Orang yang benar adalah
bukan orang yang tak pernah melakukan
kesalahan, tapi orang yang benar adalah
mereka yang sanggup mengendalikan
diri dari perbuatan yang terlarang dan
bila terlanjur melakukannya, ia
memperbaiki diri dan tidak mengulangi
perbuatan yang salah itu. Ibarat anak
sekolah mengerjakan soal, kalau salah
tidak jadi masalah, asal setelah
dikoreksi tidak mengulangi
kesalahannya. Sampai-sampai ada
ungkapan yang tidak enak didengar tapi
benar menurut tuntunan Islam, yaitu:
Bekas maling itu lebih baik dari pada
bekas santri. Kita tahu bahwa santri
adalah orang yang taat beragama,
sedangkan maling penjahat, pemerkosa,
dan sebagainya tapi setelah bertaubat
menjadi orang yang baik, kembali ke
jalan yang benar. Orang yang demikian
matinya menjadi khusnul khotimah.
Memang yang ideal, orang yang baik itu
dari muda sampai tua baik terus, tapi
hal itu jarang.
Kesalahan yang sudah terlanjur, selama
masih mau bertaubat tidak jadi
masalah. Oleh karena itu, segala
hukuman, seperti hukuman administrasi
dalam kepegawaian, selalu didasarkan
atas beberapa pertimbangan. Apakah
kesalahannya tidak bisa ditolerir,
apakah orang tersebut perlu diberi
kesempatan untuk memperbaiki
kesalahannya atau tidak. Apakah
kesalahannya terpaksa atau karena
kebodohannya? Maka berbagai
pertimbangan perlu dilakukan sehingga
ada kesempatan bagi orang tersebut
untuk memperbaiki kesalahannya, agar
dia bisa kembali menjadi orang yang
baik. Nabi Muhammad SAW bersabda :
Yang artinya: "Walaupun engkau pernah
melakukan kesalahan sehingga langit ini
penuh dengan dosamu, asal saja kamu
bertaubat, pasti akan terima oleh Allah".
6. Keenam : Suka memberi. Sabda
Nabi :
Yang artinya : "Tangan di atas lebih baik
daripada tangan di bawah".
Orang yang suka memberi, martabatnya
lebih terhormat daripada orang yang
suka menerima. Allah berfirman :
Yang artinya : "Perumpamaan (nafkah
yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah
adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh butir, pada
tiap-tiap butir, seratus biji. Allah
melipat-gandakan (ganjaran) bagi siapa
yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha
Luas karunia- Nya lagi Maha Mengetahui.
(QS. Al-Baqarah : 261)
Tidak ada orang yang suka sedekah,
kemudian jatuh miskin. Umumnya yang
jatuh miskin karena suka judi, togel, dan
minuman keras. Dan resep kaya
menurut Islam adalah kerja keras, hidup
hemat, dan suka sedekah.
7. Ketujuh : Rasul pernah ditanya oleh
para sahabat : "Wahai Rasul! Si pulan itu
orang yang luar biasa hebatnya. Dia
selalu berada dalam masjid, siang
malam melakukan shalat , puasa, I'tikaf ,
berdo' a. Kemudian Rasul bertanya
kepada para sahabat, "Apakah orang itu
punya keluarga?" Sahabat menjawab,
"Punya Ya Rasul". Kata Rasul : "Orang
tersebut adalah orang yang tidak baik !.
Saya ini suka ibadah tapi disamping itu
sebagai seorang suami, berusaha
mencari nafkah. Sampai Rasul
menyatakan : " Tergolong tidak baik
orang yang hanya mementingkan urusan
ukhrawi tetapi melalaikan urusan
dunia".
Juga tidak benar orang yang hanya
mementingkan urusan duniawi tapi
melalaikan urusan ukhrawi. Yang paling
baik adalah seimbang antara
kepentingan duniawi dengan
kepentingan ukhrowi dan tidak berat
sebelah.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda